Minggu, 29 Juni 2014

Laporan Bacaan Keterampilan Berbicara


BAB  1
PENDAHULUAN
1.1 Identitas Buku Penunjang Utama
Berikut ini adalah gambaran secara umum dari buku penunjang utama yaitu buku yang berjudul “Keterampilan Berbicara’’, yang ditulis oleh Dr. H Zulkifli Musaba, M.Pd, yang diterbitkan oleh CV. ASWAJA PRESSINDO pada tahun 2012, buku ini merupakan edisi kedua atau cetakan kedua. Tebal buku ini 184 halaman, termasuk cover, kata pengantar, dan daftar isinya. Buku ini terdiri dari Sembilan bab.
            Pada Bab satu ini membahas tentang bagaimana pentingnya peranan bahasa dalam kehidupan manusia terutama keterampilan berbicara. Dan manfaat dari keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini dapat diperoleh melalui dua cara yaitu dengan cara belajar formal dan belajar bahasa secara ilmiah atau pergaulan.            Pada bab dua ini membahas tentang pengertian dari berbicara dan karakteristik (ciri bahasa lisan) yang menjadi inti ketika seseorang berbicara, serta unsur kebahasaan yang juga perlu diperhatikan.
Pada bab tiga membahas tentang manfaat kemampuan berbicara. Ada beberapa manfaat yang dapat kita rasakan jika kita terampil berbicara diantaranya yaitu memperlancar komunikasi antar sesama, mempermudah pemberian informasi, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kewibawaan diri, mempertinggi dukungan publik atau masyarakat, menjadi penunjang meraih profesi dan pekerjaan dan meningkatkan mutu profesi dan pekerjaan.
Pada bab empat membahas tentang kesempatan untuk berbicara. Setiap orang tentunya punya kesempatan untuk berbicara. Dalam buku ini yang akan dibahas adalah kesempatan berbicara dalam konteks rapat, diskusi, seminar, sarasehan, debat, dialog, pidato, pemberian sambutan, khutbah, bercerita, wawancara, dan kampanye pemilu.
Pada bab lima membahas tentang keterampilan khusus seperti menjadi pembawa acara (prtokol), menjadi reporter kegiatan olah raga, menjadi reporter upacara keagamaan dan adat, dan menjadi reporter peristiwa mendadak.     
Pada bab enam membahas tentang koreksi diri dalam berbicara seperti penguasaan bahan pembicaraan atau materi yang diungkapkan kepada pendengar, kualitas bahasa yang digunakan, pelafalan atau pengucapan bunyi bahasa, kadar keras lembutnya suara yang digunakan, penggunaan kata-kata yang dianggap lazim, penggunaan kalimat secara efektif, penggunaan gaya bahasa, penampilan, ekspresi (mimik muka) dan penampilan secara keseluruhan bagaimana tampil didepan audiens.
Pada bab tujuh membahas tentang Kemampuan menggunakan lebih dari satu bahasa. Banyak menfaat yang kita dapatkan jika kita menguasai lebih dari satu bahasa seperti menjadi seorang orator atau pembicara yang handal, mampu berbicara didepan umum dan dapat bepergian kemanca Negara.
Pada bab delapan membahas tentang Latihan berbicara yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sering mengikuti diskusi, seminar, rapat, dan sejenisnya, sering mengamati orang lain berbicara (terutama pembicara handal),  berbicara sendiri dikamar, dan sering mengikuti lomba pidato (bagi generasi muda).
Pada bab Sembilan atau bagian penutup ini mengemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan dari keseluruhan isi buku yang berjudul keterampilan berbicara yang ditulis ole Dr. H.  Zulkifli Musaba, M.Pd.

1.2 Identitas Buku Pembanding
Berikut ini adalah gambaran secara umum buku pembanding yang berjudul “Berbicara”, yang ditulis oleh Prof. DR. Henry Guntur Tarigan. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Angkasa Bandung pada tahun 2008, buku ini merupakan Edisi revisi. Tebal buku ini 125 halaman termasuk cover, kata pengantar, daftar isinya. Buku ini terdiri dari lima bab.
Pada bab pertama membahas tentang apa saja yang termasuk keterampilan bahasa, bagaimana hubungan atau kaitan antara empat keterampilan bahasa tersebut, bagimana berbicara itu sebagai suatu cara berkomunikasi, batasan dan tujuan berbicara, berbicara sebagai seni dan ilmu, ragam seni berbicara, dan metode penyampaian serta penilaian berbicara.
Pada bab dua membahas tentang bagaimana kita berbicara di muka umum diantaranya yaitu berbicara untuk melaporkan, berbicara kekeluargaan, bicara untuk menyakinkan, dan bicara untuk merundingkan. Pada buku ini akan dibahas bagaimana kita berbicara dengan baik di muka umum.
Pada bab tiga membahas tentang diskusi kelompok, pengertian dan tujuan dari diskusi, apa saja yang termasuk kelompok tidak resmi, apa saja yang termasuk kelompok resmi, tugas dari ketua dan tugas partisipan, manfaat dari diskusi kelompok, aneka hambatan dan bagaimana cara penanggulangannya serta ukuran-ukuran untuk menilai diskusi kelompok.
Pada bab empat membahas tentang pengertian dan tujuan dari prosedur parlementer, prosedur pembentukan suatu perkumpulan, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, tugas pengurus, laporan, susunan acara, mosi dan usul dan kaidah-kaidah presedensi.
Pada bab lima membahas tentang penggunaan debat, jenis-jenis debat, syarat-syarat susunan kata proposisi, pokok-pokok persoalan, persiapan laporan singkat, persipan pidato singkat yang terdiri dari pidato konstruktif dan pidato sanggahan, sikap dan teknik berdebat, keputusan  yang terdiri dari jenis-jenis keputusan perdebatan antar perguruan tinggi, perdebatan antar perguruan resmi dan pentingnya keputusan, turnamen debat, serta norma-norma dalam berdebat dan bertanya.

BAB 11
PEMBAHASAN
2.1  Laporan Bagian Buku Utama
A.      Bab 1 = Pendahuluan
Salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dikuasai oleh seseorang adalah kemampuan berbicara atau keterampilan berbicara. keterampilan berbicara tidak  didapat begitu saja, sebagian besar memerlukan latihan. Kemampuan berbicara seseorang tentu tidak sekadar mampu mengemukakan apa yang ingin disampaikan itu dapat diterima dengan tepat oleh pendengar atau lawan bicaranya. Karena itu, tentang bicara perlu dipelajari dan dikuasai seseorang. Dengan demikian, seseorang dapat berbicara secara efektif atau tepat sasaran dan tercapai apa yang diinginkan.
Alangkah baiknya, jika setiap orang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas kemampuan berbicaranya, lebih lagi bagi seseorang yang sering berbicara di depan umum atau yang terlibat (berperan serta) dalam kegiatan-kegiatan yang banyak mengandalkan pengungkapan ide atau gagasan melalui berbicara. Seseorang yang melakukan kegiatan berbicara harus menyadari bahwa ia sedang berkomunikasi antara dirinya dengan orang lain.
Setiap orang yang berbicara diharapkan dapat menyadari bahwa berbicara juga memerlukan perhatikan atau ada hal-hal yang mendasari suatu pembicaraan, ada cara dan persiapan yang perlu dipunyai oleh seseorang ketika ia akan berbicara di depan umum atau di hadapan orang lain. Kemudian, tentu saja praktik berbicara bagi seseorang adalah penting.


B.       Bab II =Berbicara Sebagai Salah Satu Kemampuan Berbahasa
1.      Pengertian
Berbicara adalah salah satu wujud kemampuan berbahasa, disamping kemampuan menyimak, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Masing-masing kemampuan tersebut memiliki ciri. Kemampuan menyimak bersifat menerima (reseptif) sebagaimana membaca, sedangkan kemampuan berbicara bersifat mengemukakan atau mengeluarkan (produktif) sebagaimana menulis.
2.      Ciri bahasa lisan
Kemampuan berbicara sangat erat kaitannya dengan bahasa lisan. Bahasa lisan adalah bahasa yang secara langsung keluar dari seseorang, ada lawan bicaranya.  
Beberapa ciri bahasa lisan menurut Pranotokusumo (2005:20)  yaitu:
a.       Pemakaian bahasa lisan memberikan sumbangan sarana paling hakiki untuk terjadinya dan berhasilnya komunikasi
b.      Dalam komunikasi lisan, kita banyak bergantung pada kemungkinan yang diadakan hubungan fisik (melihat dan mendengar si pembicara sering sangat penting untuk menjelaskan apa yang dimaksudkan)
c.       Dalam situasi percakapan, salah paham dapat dihindari karena adanya uraian informasi kontekstual, dan
d.      Akan tetapi, dalam bahasa lisan tanggapan harus diberikan pada waktu itu juga dan tidak dapat ditunda kecuali dikatakan sebelumnya

C.      Bab III =Manfaat Kemampuan Berbicara
1.      Memperlancar Komunikasi antar Sesama
Komunikasi antar manusia terbanyak dilakukan dengan lisan atau melalui bericara. Oleh karena itu, secara mendasar bahwa kemampuan berbicara menduduki peranan penting dalam komunikasi antar sesama. Seseorang yang pandai berbicara dengan baik, maka dengan sendirinya, ia akan memperoleh kemudahan dan kelancaran dalam berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
2.      Mempermudah Pemberian Berbagai Informasi
Ketepatan dan kecepatan informasi yang diberikan melalui lisan dari seseorang kepada orang lain amat bergantung pada mutu dan kejelasan pembicara pemberi informasi. Karena itu, orang yang mampu berbicara dengan baik kemungkinan besar dapat menyampaikan informasi secara tepat dan cepat kepada lawan bicaranya.
3.      Meningkatkan Kepercayaan Diri
Biasanya pembicara yang baik memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Ia dengan mantap megungkapkan gagasan atau buah pikirannya kepada orang lain, tanpa disertai keraguan. Pembicara yang baik lebih percaya diri dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Pembicara yang baik juga mengandung pengertian bahwa yang bersangkutan memiliki ketegasan dalam menyampaikan sesuatu, tetapi bukan berarti dia menunjukkan kekakuan.
4.      Meningkatkan Kewibawaan Diri
Pembicara yang baik memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Karena itu, secara langsung akan dapat meningkatkan kewibawaan dirinya pada saat dia tampil sebagai pembicara, sekaligus dimungkinkan kewibawaan itu akan menyatu atau berpengaruh terhadap keberdaan dirinya secara utuh. Kewibawaan yang dimaksud bukan hanya terletak pada kemampuan berbicaranya, tetapi masih banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kualitas pengetahuan atau penguasaan bahan pembicara.
5.      Mempertinggi Dukungan Publik atau Mayarakat
Tidak diragukan lagi seseorang yang memiliki kemampuan berbicara yang baik atau katakanlah seseorang yang disebut sebagai orator akan lebih mudah mendapat simpati dan dukungan dari publik atau masyarakat. Biasaya masyarakat akan lebih mudah atau tertarik untuk memberikan dukungan kepada seseorang yang dapat berkomunikasi secara efektif dengan mereka.
6.      Menjadi Penunjang Meraih Profesi dan Pekerjaan
Banyak profesi atau lapangan pekerjaan yang memerlukan kemampuan berbicara. Misalnya orang yang ingin mejadi guru atau dosen  juga harus dilatar belakangi kemampuan berbicara yang memadai. Begitu juga dengan serang wartawan, ia sering mendapat tugas untuk mewawancarai seseorang atau melaporkan suatu kegiatan dengan secara lisan.

7.      Meningkatkan Mutu Profesi dan Pekerjaan
Kemampuan berbicara tidak sekadar bermanfaat untuk memperoleh profesi dan pekerjaan, tetapi sekaligus dapat meningkatkan mutu profesi dan pekerjaan yang diemban seseorang. Misalnya seorang kepala sekolah akan lebih berwibawa dan lebih berhasil  dalam menjalankan tugas-tugasnya jika ia dapat berkomunikasi dengan para guru dan staf sekolah secara efektif.
D.      Bab IV =Kesempatan Untuk Berbicara
Kesempatan seseorang untuk terlibat dalam pembicaraan sangat beragam.  Karena ada dasarnya manusia manusia itu selalu ingin berkomunikasi dengan orang lain terutama dengan lingkungan sekitarnya.  Kesempatan untuk berbicara diantaranya yaitu
a.       Rapat
Rapat dimaksudkan untuk membicarakan sesuatu untuk menyampaikan sesuatu dari pihak tertentu ke pihak lain, untuk memutuskan sesuatu, atau untuk memberikan arah bagi suatu kegiatan atau pekerjaan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan atau dipersiapkan untuk melaksanakan suatu rapat diantaranya yaitu pimpinan rapat, peserta rapat, penganturan tempat rapat.
b.      Diskusi
Diskusi diartikan sebagai pertemuan ilamiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi ada beberapa macam, diantaranya ada yang disebut diskusi kelompok dan diskusi panel. Diskusi kelompok biasanya ditandai dengan lebih terbatasnya jumlah peserta, tingkat keformalannya kurang menonjol. Diskusi panel biasanya menghadirkan beberapa pembicara kunci atau penyaji materi, kemudian diikuti oleh audiens. Beberapa hal yang harus diperhatikan, agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan lancar diantaranya yaitu penyaji makalah, pemandu (moderator) diskusi, sekretaris (notulis diskusi), peserta diskusi dan pengaturan tempat diskusi.

c.       Seminar
Seminar yaitu sebagai bentuk pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli atau guru besar atau para pakar (Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991: 907). Seminar ini mempunyai ciri khas salah satunya yaitu adanya peran atau keterlibatan langsung para ahli, guru besar, atau pakar bidang tertentu, berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam seminar itu sendiri.
d.      Sarasehan
Sarasehan yaitu sebagai pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu atau disebut juga dengan istilah symposium (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991: 880). Kenyataan menunjukkan bahwa sarasehan dalam pelaksaannya terasa lebih longgar, dalam suasana agak santai, bahkan terkadang sarasehan dilaksanakan dengan cara yang betul-betul menyenangkan.
e.       Debat
Debat yaitu bertukar pikiran secara terbuka untuk membahas masalah yang masih merupakan pro dan kontra dengan memperhatikan aturan dan tata tertib tertentu (siddiq, 1993: 34). Debat bias disebut sebagai arena adu argumentasi atau adu pendapat tentang suatu masalah. Debat mirip juga dengan dialog dan diskusi, hanya saja debat bersifat lebih terbuka, lebih bebas, dan terkesan betul-betul mengandalkan adu argumentasi.

f.       Dialog
Dialog berarti pembicaraan atau percakapan langsung yang melibatkan banyak pihak. Media televisi cukup sering mengadakan dialog (kadang diberi label dialog interaktif karena pemirsa berperan aktif menyampaikan gagasannya atau buah pikirannya. Juga uneg-unegnya melalui jaringan telvon langsung. Dialog biasanya tidak diikuti oleh banyak peserta, sifatnya jauh lebih terbatas, dialog sifatnya tampak lebih bebas, pembicarannya cenderung berlangsung agak cepat.
g.      Pidato
Pidato berarti pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahas, 1991: 766). Pidato berarti mengemukakan sesuatu secara lisan di depan sejumlah orang. Tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam kegiatan berpidato yaitu (1) Persiapan pidato, (2) Pelaksanaan pidato, dan (3) Evaluasi Diri.
h.      Pemberian Sambutan
Pemberian sambutan dapat saja digolongkan ke dalam pidato hanya saja pidato lebih luas cakupannya dan dapat dikaji secara mendalam. Perbedaan pemberian sambutan dengan pidato diantaranya yaitu pemberian sambutan tampaknya tidak mementingkan penerapan retorika, lebih longgar, dan penyampaiannya pun cukup banyak hanya berupa pembacaan teks.


i.        Khutbah
Khutbah berasal dari bahasa arab yang dalam bahasa Indonesia biasa diartikan berpidato atau berceramah. (Munawwir, 2002: 348-349; Siddiq, 1993:45). Terdapat persamaan khutbah dan pidato yaitu sama merupakan penyampaian sesuatu atau pesan secara lisan, penyampaian secara langsung kepada pendengar. Khutbah dan pidato, keduanya harus disampaikan secara kmunikatif, materi yang disampaikan juga harus ada pembukaan, ada isi, dan ada pula penutup. Perbedaan diantara keduanya, antara lain berkenaan dengan tempat, waktu penyampaian, dan suasananya. Khutbah dilakukan dilakukan di tempat ibadah, bisa pula misalnya untuk khutbah hari raya dilaksanakan di tempat terbuka atau lapangan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatika dan dipersiapkan dengan baik oleh seseorang yang akan berkhutbah yaitu (1) bahan atau materi khutbah, dan  (2) Bahasa Khutbah
j.        Bercerita
Bercerita merupakan salah satu kegiatan yang mengandalkan keterampilan berbicara. Bekal yang perlu dipunyai oleh seseorang yang ingin berkecimpung di bidang kegiatan bercerita antara lain (1) menguasi dengan baik cerita yang akan diungkapkan, (2) memiliki suara (vokal) yang baik dan dapat memanfaatkannya secara efektif, (3) memiliki kemampuan berkonsentrasi atau dapat memusatkan perhatian dalam waktu relatif lama, dan (4) memiliki kemampuan dalam menarik audiens atau pendengar.

k.      Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa, 1991: 1127). Pewawancara merupakan orang yang berusaha menggali keterangan atau pendapat dari orang yang diwawancarai.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk pewawancara, yaitu antara lain sebagai berikut: (1) hubungi orang yang akan diwawancarai sedini mungkin, (2) buatlah catatan tetang apa yang akan dijadikan topik wawancara, (3) kuasai dengan baik bahan yang akan dijakan wawancara, (4) berilah kesempatan kepada nara sumber dengan waktu yang cukup, dan (5) ajukan pertanyaan dengan sopan, jelas, dan jangan terlalu cepat.
l.        Kampanye Pemilu
Yang perlu diperhatikan atau dipersiapkan oleh mereka yang berkampanye antara lain sebagai berikut: (1) Pengaturan jadwal kampanye dan penentuan tempatnya, (2) siapkan pengeras suara yang mewadai, baik jumlah maupun kualitas suaranya, (3) penetapan siapa saja yang akan berbicara dan aturlah waktu bicara, (4) topik atau materi yang akan dikampanyekan, termasuk kegiatan sampingan atau pengiringnya,dan (5) pembicaraan dalam kampanye harus dikemukakan secara jelas.


E.       Bab V =Keterampilan Khusus
Beberapa keterampilan khusus yang berhubungan dengan berbicara dan bermanfaat dalam banyak kegiatan sehari-hari yang akan diuraikan dibawah ini:
1.      Menjadi Pembawa Acara (Protokol)
Pembawa acara adalah orang yang bertugas memimpin suatu acara dari awal hingga akhir. Beberapa hal yang harus dimiliki oleh pembawa acara adalah: (1) ia harus memiliki mental yang stabil (2) penguasaan bahasa. Seorang pembawa acara harus mampu merangkai acara dengan komentar singkat , harus pandai memanfaatkan sapaan kepada hadirin, dan aspek kata-kata dan kalimat-kalimat yang diucapkan harus jelas, (3) mampu memanfaatkan kekosongan acara. Pembawa acara harus dapat menggantinya dengan cara tertentu jika memungkinkan memberikan penjelasan kepada hadirin tentang kekosongan itu, (4) berpenampilan menarik. Ia hendaknya berpakaian yang rapi dan sesuai dengan sifat acara yang dipimpinnya, (5) mampu bekerjasama, dan (6) mampu mengatur  waktu.
2.      Menjadi Reporter Kegiatan Olah Raga
Orang yang melaporkan suatu kegiatan biasa disebut pelapor atau reporter. Salah satu kegiatan yang sering dilaporkan yaitu kegiatan olahraga. Bekal yang harus dimiliki oleh seorang reporter olah raga tidak jauh beda dengan bekal untuk seorang pembawa acara yaitu menguasai dengan baik  hal-hal yang berkaitan dengan jenis OR yang dilaporkan dan mampu menggunakan bahasa tepat.


3.      Menjadi Reporter Upacara Keagamaan dan Adat
Upacara keagamaan dan adat sering dilakukan orang, baik dalam lingkup kecil maupun besar. Reporter upacara keagamaan sebaiknya mengenal dengan baik istilah-istilah keagamaan agar ia lebih mudah dalam menjelaskan kepada pemirsa. Demikian pula untuk keperluan pelaporan upacara adat, ia seharusnya dapat memahami serba sedikit bahasa setempat-untuk menggambarkan bagian-bagian tertentu dari upacara yang sedang berlangsung.
4.      Menjadi Reporter Peristiwa Mendadak
Contoh peristiwa mendadak yaitu berupa kecelakaan (jatuhnya pesawat terbang, tabrakan kereta api dengan bis, tenggelamnya sebuah kapal dilaut), kebakaran besar, bencana alam dan sejenisnya. Peristiwa itu harus segera diketahui oleh masyarakat secara luas melalui berbagai media yang ada. Disinilah peran reporter, terutama untuk penyebaran berita lewat media massa televisi. Reporternya harus lincah dan pandai membaca keadaan serta dapat melaporkan kepada pemirsa dengan baik, sehingga pemirsa dapat cukup puas menerima laporannya.






F.       Bab VI =Koreksi Diri Dalam Berbicara
Untuk sejauh mana kita mengetahui keberhasilan dalam berbicara ada baiknya kita menilai atau melakukan koreksi terhadap diri kita sendiri terutama setelah tampil didepan muka umum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk koreksi terhadap diri sendiri dalam hal berbicara adalah:
1.      berhubungan dengan penguasaan bahan pembicaraan atau materi yang diungkapkan kepada pendengar. Karena inti dari suatu kegiatan berbicara adalah penggunaan bahasa.
2.      Kualitas bahasa yang digunakan
3.      Pelafalan atau pengucapan bunyi bahasa, termasuk pengucapan kata-kata apa ada pengaruh bahasa daerah (padahal situasinya menghendaki penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar)
4.      Kadar keras lembutnya suara yang digunakan
5.      Penggunaan kata-kata yang dianggap lazim
6.      Penggunaan kalimat secara efektif
7.      Penggunaan gaya bahasa
8.      Penampilan saat berbicara
9.      Raut atau roman muka (ekspresi)
10.  Penampilan dari segi berpakaian
11.  Kestabilan pengendalian diri saat berbicara



G.      Bab VII =Kemampuan Menggunakan Lebih dari Satu Bahasa
       Secara umum, setiap orang hanya mampu menggunakan satu bahasa. Tapi, jika kita hubungkan dengan keadaan kehidupan masyarakat sekarang (termsuk dengan majunya berbagai jenis media massa), maka hampir semua orang Indonesia telah menjadi bilingual atau memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa, minimal mampu berbahasa daerahnya dan juga berbahasa Indonesia.
Manfaat kemampuan menggunakan lebih dari satu bahasa bagi seorang pembicara yaitu:
1.    Dapat menyelipkan kata-kata atau kalimat dalam berbagai bahasa yang dikuasinya untuk lebih meningkatkan gaya tarik pidatonya dan berfungsi untuk lebih memperkuat penjelasannya tentang sesuatu serta sekaligus dapat menghidupkan suasana pembicaraan yang sedang berlangsung
2.    Dapat memperdalam bahan pembicaraannya dengan memanfaatkan bahan bacaan yang berbahasa asing yang dikuasainya.
3.    Mudah berkomunikasi dengan Negara lain








H.    Bab VIII =Latihan Berbicara
Latihan berbicara dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1.      Sering mengikuti Diskusi, Seminar, Rapat dan Sejenisnya
Dalam kegiatan mengikuti diskusi, seminar, rapat dan sejenisnya, kita akan dapat melatih diri berbicara dengan mengemukakan pikiran atau pendapat atau tanggapan terhadap suatu hal yag dibicarakan tersebut. Biasanya jika telah pengalaman mengikuti diskusi atau seminar kegiatan lainnya, kita akan aktif berbicara maka kemungkinan besar kemampuan berbicara kita akan semakin meningkat.
2.      Sering Mengamati Orang Lain Berbicara (Terutama Pembicara Handal)
Ikuti dengan baik pidato atau pembicaraannya. Perhatikangaya bicaranya, cermati bahasanya, lihatlah bagaimana ia tampil didepan orang banyak. Perhatikan juga bagaimana ia menyapa dan memperhatikan audiens atau pendengarnya. Simak pula bagaimana ia membuka dan menutup pembicaraannya.
3.      Berbicara Sendiri dikamar
Cara melatih berbicara dengan berbicara atau berpidato sendiri dikamar cukup banyak dilkukan orang. Jika kita akan berlatih sendiri, berbicara sendiri dikamar, siapkan bahan pidato, buat garis besarnya, lalu bacakan berkali-kali dengan gaya pidato. Kita juga bisa berbicara tanpa naskah atau teks.


4.      Sering Mengikuti Lomba Pidato
Lomba pidato dapat dipandang sebagai sarana untuk melatih berbicara. Peserta lomba akan merasakan situasi bagaimana ia berbicara di depan orang banyak disertai penilaian yang dilakukan leh dewan juri. Para pesertapun dapat mengetahui beberapa kekurangan dalam berpidato. Hal ini sangat penting untuk memperbaiki kualitas pidato dimasa datang.















1.      Bab IX =Penututup
Dari uraian buku diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1.      Berbicara yaitu berkomunikasi secara lisan, maka dari itu seorang pembicara dihararapkan memahami karakteristik bahasa lisan sebagai wujud bahasa yang digunakan. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam berkmomunikasi, diantaranya berkaitan dengan penggunaan bahasa, penampilan fisik, keadaan mental, dan situasi sosial budaya yang melingkupi proses pembicaraan.
2.      Manfaat memiliki kemampuan berbicara antara lain yaitu memperlancar komunikasi antar sesama, mempermudah pemberian berbagai informasi, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kewibawaan diri, mempertinggi dukungan publik, menjadi penunjang meraih profesi dan pekerjaan serta meningkatkan mutu profesi dan pekerjaan..
3.      Beberapa pekerjaan yang diharuskan memiliki keterampilan khusus diantaranya yaitu menjadi pembawa acara (protokol), menjadi reporter kegiatan olah raga, menjadi reporter upacara keagamaan dan menjadi reporter peristiwa mendadak.
4.      Hal yang perlu diperhatikan untuk koreksi dalam berbicara adalah penguasaan bahan pembicaraan, kualitas bahasa yang digunakakan, pelafalan dan pengucapan bunyi bahasa, kadar keras lembutnya suara dan lain sebagainya.
5.      Latihan berbicara dapat dilakukan dengan cara sering mengikuti kegiatan (misalnya diskusi, seminar, rapat dan sejenisnya), sering mengamati orang lain berbicara (terutama pembicara handal), berbicara sendiri dikamar dan sering mengikuti lomba pidato.

2.2  Laporan Bagian Buku Pembanding
A.    Bab I =Pendahuluan   
1.      Keterampilan Berbahasa: Komponen-komponenya
Keterampilan bahasa mempunyai empat komponen yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan erat. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita mulai satu hubungan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.
2.      Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Hal-hal yang dapat mempereratnya hubungan antara berbicara dan menyimak, adalah sebagi berikut: Ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru, ujaran sang anak mencerminkan bahasa dirumah dan masyarakat, dan meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
Hubungan-hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian, antara lain: penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan, pola=pola ujaran dan tuna-aksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak, dan kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung.
Hubungan antara berbicara dan menulis yaitu: sang anak belajar bebicara jauh sebelum dia dapat menulis; dan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang member ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya, dan perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis.
a.       Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi
Manusia adalah makhluk sosial dan tindakan pertama dan paling penting, adalah tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta menyetujuai suatu pendirian atau keyakinan. Untuk menghubungkan sesama anggota masyrakat maka diperlukan komunikasi.
b.      Batasan dan Tujuan Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu system tanda-tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
c.       Berbicara Sebagai Seni dan Ilmu
Jika memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu: berbicara dimuka umum, semantik, diskusi kelompok, argumentasi, debat, prosedur parlementer, penafsiran lisan, seni drama, dan berbicara melalui udara.
Jika kita memandang berbicara sebagai ilmu, maka hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu: mekanisme berbicara dan mendengar, latihan dasar bagi ajaran dan suara, bunyi-bunyi bahasa, bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran, vowei-vowel, diftong-diftong, konsonan-knsonan, dan patalogi ujaran.
d.      Ragam Seni Berbicara
Secara garis besar berbicara dapat dibagi atas: (1) berbicara di muka umum pada masyarakat yang mencakup empat jenis yaitu: berbicara pada situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan (yang bersifat informatif), berbicara pada situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, berbicara dalam situasi-situasi yang membujuk, dan berbicara pada situasi-situasi yang bersifat merundingkan. (2) Berbicara dalam konferensi yang meliputi: diskusi kelompok (tidak resmi dan resmi), prosedur parlementer, dan debat
e.       Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara
Metode penyampaian di bagi menjadi empat yaitu: penyampaian secara mendadak, penyampaian tanpa persiapan, penyampaian dari naskah, dan penyampaian dari ingatan. Dalam mengevalusi keterampilan berbicara seseorang, pada prinsipnya kita harus memperhatikan lima faktor yaitu: (1) apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) diucapkan dengan tepat?, (2) apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku kata, memuaskan?, (3) apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakan? (Brooks, 1964: 252).

B.       Bab II =Berbicara Di Muka Umum
1.    Berbicara Untuk Melaporkan
Berbicara untuk melaporkan, untuk memberikan informasi atau informative speaking dilaksanakan jika seseorang berkeinginan, sebagai berikut: memberi (menanamkan) pengetahuan, menentukan hubungan antara benda-benda, menjelaskan suatu proses, dan menafsirkan sesuatu persetujuan atau pun menguraikan sesuatu tulisan.
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan, perlu adanya suatu rencana. Dalam merencanakan suatu pembicaraan, kita harus mengikuti langkah-langkah berikut: memilih percakapan yang menarik hati kita, membatasi pokok pembicaraan, mengumpulkan bahan-bahan, dan menyusun bahan.
2.    Berbicara Secara Kekeluargaan
Cara yang paling umum menjamin serta memadukan suatu perasaan persahabatan adalah melalui obrolan hiburan. Menghibur adalah membuat orang tertawa dengan hal-hal yang yang dapat menyenangkan hati. Menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara menggembirakan yang membuat kebanggaan menjadi anggota kelompok tersebut.
3.    Berbicara Untuk Menyakinkan
Persuasi (bujukan, desakan, dan meyakinkan) merupakan tujuan kalau kita menginginkan tindakan atau aksi. Biasanya para pendengar dirangsang untuk berbuat aksi dengan daya tarik emsional. Dan daya-tarik yang fundamental dari semua pembicaraan adalah daya-tarik pribadi mereka. Takkan ada pendengar yang tertarik serta terpikat kalau mereka tidak mempunyai keyakinan pada karakter sang pembicara.
4.    Berbicara Untuk Merundingkan
Berbicara untuk merundingkan pada dasarnya bertujuan untuk membuat sejumlah keputusan dan rencana. Keputusan-keputusanitu dapat menyangkut situasi hakekat tindakan-tindakan masa lalu atau sifat dan hakekat tindakan-tidakan mendatang. Misalnya, dalam suatu periksaan, pengadilan mencoba menentukan apakah seorang itu tidak bersalah atau bersalah terhadap tindakannya pada masa lalu sehingga mungkin saja mengambil keputusan “di sini dan kini” . Fakta-fakta diteliti dan ditelaah untuk menentukan apakah keputusan yang diambil itu benar-benar adil atau tidak.









C.      Bab III =Diskusi Kelompok
1.    Pengertian dan Tujuan
Diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berfikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.
2.    Kelompok Tidak Resmi
a.      Kelompok studi ini merupakan suatu hasil pertumbuhan dari suatu keinginan untuk memperoleh informasi
b.      Kelompok pembentuk kebijaksanaan pada sebuah fakultas diperguruan tinggi dapat menentukan apakah karya-karya seorang pengarang yang sedang dipermasalahkan dapat dimasukkan kedalam kurikulum.
c.       Komite yaitu bagian yang terbesar dari pekerjaan yang aktual kebanyakan organisasi dilaksanakan oleh komite-komite. Hal ini dikarenakan, lebih mudah bagi kelompok-kelompok kecil bekerja sama ketimbang bagi kelompok-kelompok besar.
3.    Kelompok Resmi
Yang termasuk kelolompok resmi yaitu : (1) Konferensi yaitu sebagai suatu bentuk kelompok diskusi resmi kadang-kadang mengacu kepada diskusi pengambilan tidakan, karena berusaha membuat suatu keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan tersebut. (2) Diskusi panel adalah suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai enam orang ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan pandangannya dari berbagai segi mengenai suatu masalah. (3) Simposium adalah suatu variasi dari panel yang telah diuraikan diatas.
4.    Tugas Ketua dan Tugas Partisipan
Tugas ketua yaitu membuat persiapan yang matang untuk diskusi, mengumumkan judul dan mengemukakan tujuan, menyediakan serta menetapkan waktu (seperti  pendahuluan, diskusi, dan rangkuman singkat), menjaga keteraturan diskusi, memberi kesempatan kepada setiap orang yang ingin mengemukakan pikiran, menjaga agar minat para peserta tetap besar, menjaga agar diskusi tetap bergerak maju, dan  membuat catatan-catatan singkat pada akhir diskusi.
Tugas Partisipan yaitu turut mengambil bagian dalam diskusi, berbicaralah jika ketua mempersilahkan kita, berbicaralah dengan tepat dan tegas, kita harus dapat menunjang pertanyaan-pertanyaan kita (seperti fakta-fakta, contoh-contoh, atau pendapat-pendapat para ahli), dengarlah dengan penuh perhatian, bertindaklah dengan sopan satun dan bijaksana, dan cobalah memahami pandangan orang lain.
5.    Manfaat Diskusi kelompok
Manfaat diskusi kelompok yaitu: (1) Kemampuan memberikan sumber-sumber yang lebih banyak bagi pemecahan masalah ketimbang yang tersedia. (2) Melalui pikiran dan rencana, ide-ide atau gagasan-gagasan dapat diuji secara lebih memadai dan tidak memihak.
6.    Aneka Hambatan dan cara penaggulanggnya
a.       Hambatan yang sering dijumpai, adalah sebagai berikut: kegagalan memahami masalah, kegagalan karena tetap bertahan terhadap masalah, salah paham terhadap makna-makna setiap kata orang lain, dan perselisihan pendapat yang meruncing tanpa adanya keinginan untuk berkompromi
b.      Penanggulangan diantaranya dengan cara sebagai berikut: menanyakan kekuatan suatu argument; “alasan-alasan apakah yang kita punya untuk menerima argument ini?”, kembali lagi kepada sebab-musabab; “mengapa, menurut pendapat anda, dia mengambil posisi ini?”, dan menyadarkan bahwa belum ada informasi baru yang ditambahkan.
7.    Ukuran-Ukuran Untuk Menilai Diskusi Kelompok
Khusus mengenai diskusi kelompok ini kita kemukakan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh sang pimpinan yang merupakan tolak ukur keberhasilan dalam menjalankan tugas. Pertanyaan tersebut yaitu berkenaan dengan topik dan  berkenaan degan teknik.









D.      Bab IV =Prosedur Parlementer
1.      Pengertian dan Tujuan
       Prosedur parlementer merupakan suatu ekspresi falsafah yang terkandung dalam ideology demokratis. Anggapan dasar yang mendasari prosedur parlementer, diantaranya yaitu : Prsedur parlementer lebih cenderung membantu ketimbang menghalangi keseimbangan transaksi usaha, kaidah-kaidah mayoritas, hal-hak golongan mayoritas maupun golngan minoritas mendapat perlindungan yang baik.
Tujuan dari prosedur parlementer yaitu meninjau serta mengarahkan urusan atau usaha secara efesien secara tepat guna, dan melindungi hak-hak anggota ( Albert [et al], 1961b :174).
2.      Prosedur Pembentukan Suatu Perkumpulan
Langkah-langkah bila kita ingin mengandakan suatu perkumpulan adalah: mengadakan rapat atau pertemuan pendahuluan, mengadakan rapat kedua, dan memilih pimpinan.
3.      Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Suatu anggaran dasar hukum atau konstitusi paling sedikit terdiri atas tujuh ketetapan dasar, yaitu: nama organisasi, tujuan dan kekuasaan organisasi, kualifikasi bagi keanggotaan, pengurus organisasi beserta tugas-tugasnya dan jangka waktu kepengurusan mereka, dewan pimpinan atau dewan pengawasan dan cara pemilihan, waktu bagi pertemuan-pertemuan biasa dan cara mengadakan pertemuan-pertemuan khusus atau rapat luar biasa, serta cara mengubah atau metode mengamandemen anggaran dasar.
4.      Tugas Pengurus
a.       Tugas ketua, tugas utama ketua perkumpulan adalah memelihara tata tertib dalam pertemuan
b.      Tugas wakil ketua adalah apabila ketua berhalangan maka wakil ketua bertindak selaku ketua.
c.       Tugas sekretaris adalah bertugas membuat catatan atau laporan mengenai perkumpulan itu serta menyimpan catatan dan laporan tersebut, kecuali yang merupakan wewenang pengurus lain (misalnya buku-buku keuangan)
d.      Tugas bendahara adalah bendahara menguasai keuangan perkumpulan. Dia mengumpulkan uang iuran, menulis kuitansi-kuitansi, membayar tagihan atau rekening, dan membuat laporan-laporan terperinci pada waktu-waktu tertentu.
5.      Laporan
Laporan adalah catatan resmi urusan kelompok. Tugas dan kewajiban sekretaris adalah untuk mencatat atau merekam laporan-laporan segala pertemuan yang dilangsungkan oleh suatu perkumpulan. Dalam susunan acara biasa, laporan itu dibacakan pada pembukaan setiap pertemuan. Hal ini bermanfaat untuk menjaga kesinambungan dalam kegiatan kelompok dan merupakan suatu pengawasan terhadap ketepatan catatan kegiatan perkumpulan.
6.      Susunan Acara
Organisasi memang dapat saja mengatur kembali acara tersebut setiap saat kalau disetujui paling sedikit oleh dua pertiga jumlah suara anggota, tetapi biasanya prosedur ini meliputi antara lain: perintah untuk mengadakan pertemuan oleh ketua, mengedarkan surat edaran oleh sekretaris, membacakan laporan pertemuan terdahulu, laporan-laporan dari pengurus, laporan-laporan dari dewan-dewan dan komite-komite tetap, laporan dari komite-komite khusus, urusan-urusan yang belum selesai, pengumuman-pengumunan, program dan penundaan atau penangguhan.
7.      Mosi dan Usul
Mosi adalah pernyataan resmi terhadap suatu proposal (saran, anjuran, usul) atau pernyataan terhadap pertimbangan dan tindakan oleh suatu kelompok. Mosi mengemukakan suatu butir urusan untuk mendapatkan keputusan atau ketegasan. Mosi dapat juga diacukan atau dianggap sebagai suatu “pertanyaan” atau “masalah”.
Berdasarkan urutan presedensi, mosi-mosi dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu: mosi istimewa, mosi tambahan, mosi utama, dan mosi isidental.
8.      Kaidah-Kaidah Presedensi
1.      Apabila sesuatu mosi sedang dinantikan, maka setiap mosi yang mempunyai presedensi yang lebih tinggi mungkin saja diajukan atau diusulkan, tetapi tidak ada kemungkinan bagi mosi yang mempunyai presidensi lebih rendah untuk dikemukakan.
2.      Mosi-mosi dipertimbangkan dan diadakan pemungutan suara terhadapnya dalam urutan terbalik, dalam pengertian bahwa yang terakhir diajukan akan dipertimbangkan sedangkan yang pertama akan dibuang saja tanpa mendapat tanggapan apa-apa.


E.       Bab V =Debat
1.    Penggunaan Debat
Apabila dan dimana suatu usul diajukan oposisi terhadap usul itu dikemukakan maka suatu debat pun berlangsung. Dalam masyarakat demokratis, debat memegang peranan penting dalam perundang-undangan, dalam politik, dalam perusahaan (bisnis), dalam hukum, dan dalam pendidikan.
2.    Jenis-Jenis Debat
Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya maka debat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Debat majelis atau debat parlementer
Maksuid dan tujuan debat majelis ialah untuk memberi dan menambah dukungan bagi undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya; berbicara mendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat izin dari majelis.
b.      Debat pemeriksaan ulangan
Maksud dan tujuan debat ini adalah mengajukan serangkaian pertanyaan yang satu dan lainnya berhubungan erat, yang menyebabkan para individu yang ditanya menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya.


c.       Debat Formal
Tujuan debat formal adalah memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argument yang menunjang atau yang membantah suatu usul.
3.    Syarat-Syarat Susunan Kata Proposisi
Proposisi atau usul menentukan ruang lingkup dan pembatasan-pembatasan suatu perdebatan. Syarat-syarat proposisi atau usul yaitu: kesederhanaan, kejelasan, kepadatan, susunan kata afirmatif, pernyataan deklaratif, kesatuan, usul khusus, bebas dari prasangka, dan tanggung jawab untuk memberikan bukti yang memuaskan terhadap afirmatif.
4.    Pokok-Pokok Persoalan
Untuk memperoleh pokok-pokok persoalan yang menarik serta merangsang bagi suatu perdebatan, sepatutnyalah pembicara mempertimbangkan masak-masak mengapa usul yang dikemukakannya merupakan masalah penting bagi perdebatan pada saat ini. Selain itu, bagaimana pertama munculnya masalah itu dan bagaimana pula sejarah serta perkembangannya.
5.    Persiapan Laporan Singkat
a.       Bentuk dan perkembangan laporan singkat tersebut hendaknya mempergunakan simbol-simbol yang tetap (seperti angka-angka romawi, huruf-huruf kapital, angka-angka arab, dan huruf-huruf non kapital).
b.      Bagian-bagian laporan. Pada umumnya suatu laporan terdiri atas tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.

6.    Persiapan Pidato Debat
Para anggota debat haruslah mempersiapkan dua jenis pidato yang berbeda yaitu:
a.       Pidato Konstruktif  yaitu pidato yang diturunkan dari argument-argument dan fakta-fakta dalam laporannya serta  disesuaikan atau diadaptasikan baik dengan kebtuhan-kebutuhan para pendegnarnya maupun kepada argument-argument yang mungkin timbul dari para penyanggahnya.
b.      Pidato Sanggahan. Pembicara penyanggah hendaklah menganalisis kasus para penyanggahnya, hendaklah menyangkal argument-argument utama itu se-efektif mungkin, dan meanunjukkan setiap kelemahan, ketidak konsekuenan, atau kekurangan-kekurangan pada posisi lawan.
7.    Sikap dan Teknik Berdebat
a.       Bersikap rendah hati, wajar, ramah, dan sopan tanpa kehilangan kekuatan dalam argument-argumennya
b.      Menghindarkan pertanyaan yang berlebih-lebihan terhadap kasusnya dan mempergunakan kata-kata dan ekspresi-ekspresi yang samar-samar yang tidak dikehendaki oleh fakta-fakta
8.    Keputusan
Perdebatan yang berhubungan dengan pendidikan, mempunyai keputusan yang beraneka ragam, yaitu:
a.       Jenis-jenis keputusan pada perdebatan antar perguruan tinggi  dapat diambil dengan cara keputusan oleh para pendengar, keputusan oleh para hakim, dan keputusan dengan kritik.
b.      Perdebatan tanpa keputusan resmi karena mereka ingin memusatkan perhatian terhadap pemberitahuan atau pelapor kepada pendengar saja (dalam perguruan tinggi).
c.       Pentingnya keputusan
9.    Turnamen Debat
a.       Prosedur   Turnamen Debat
Prosedur yang lazim bagi suatu turnamen ialah bahwa salah satu dari perguruan tinggi yang turut bertanding mengundang beberapa lembaga atau institusi untuk mengirimkan suatu tim afirmatif dan suatu tim negatif bagi perdebatan mengenai tema yang telah ditetapkan ke kampus perguruan tinggi tersebut.
b.      Masalah-masalah dalam turnamen
§         Menentukan sejumlah hakim yang cukup berwenang untuk member keputusan-lkeputusan dan kritik-kritik yang akan mendapat respek
§         Daya tahan dari semua yang bersangkutan kalau sususnan rencana mewajibkan perdebatan yang berkesinambungan selama beberapa jam mengenai suatu bidang.
10.  Norma-Norma Dalam Berdebat dan Bertanya
a.       Norma-norma dalam berdebat, diantaranya yaitu: pengetahuan yang sempurna mengenai pokok pembicaraan, kemampuan menganalisis, pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi, dan apresiasi terhadap kebenaran fakta-fakta.
b.      Norma-norma bertanya, diantaranya yaitu: mengetahui segala sesuatu mengenai usul yang akan didiskusikan sebelum kita mengajukan pertanyaan kepada pembicara, hendaklah kita bersungguh-sungguh mencari informasi, janganlah kita ingin menguji pembicara, dan bersihkanlah pertanyaan kita dari prasangka emosional.
2.3  Komentar
Menurut Pendapat saya buku yang ditulis oleh Dr. H. Zulkifli Musaba, M.Pd yang berjudul “keterampilan berbicara”, dalam buku ini kita sebagai pembaca merasa lebih mudah untuk memahai informasi apa yang ditulis atau yang disampaikan dalam buku ini, karena bahasa yang digunakan mudah untuk dimengerti, dan jelas pembagian tiap-tiap sub babnya serta dalam buku ini juga terdapat contoh-contoh dari teks pidato, kata sinonim, pribahasa atau ungkapan, dan contoh idiom dalam bahasa inggris, sehingga lebih memudahkan kita untuk memahaminya.
Sedangkan buku yang ditulis oleh Prof. DR. Henri Guntur Tarigan yang berjudul “Berbicara”, dlam buku ini Tarigan banyak menuliskan informasi denggan menggunakan media gambar, menurut saya dengan menggunakan gambar, maka informasi apa yang disampaikan akan lebih mudah untuk diingat. Tetapi buku yang ditulis oleh Tarigan ini tidak menuliskan contoh-contoh dari berbicara (misalnya contoh pidato, contoh kata sambutan) sehinngga buku ini kurang menunjang.


BAB III
PENUTUP
1.1    Pandangan Penulis
Pandangan penulis tentang buku yang berjudul “Terampil Berbicara”yang ditulis oleh Dr. H. Zulkifli Musaba, M.Pd. Menurut saya buku ini sudah cukup baik atau bagus untuk dijadikan panduan atau pedoman dalam pembelajaran. Karena dalam buku ini informasi yang diberikan lebih lengkap dan disampaika dengan bahasa yang mudah dimengerti serta disusun secara sistematis dan disertai dengan contoh-contoh yang menunjang.
Pandangan penulis tentang buku yang berjudul “ Berbicara” yang ditulis oleh Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan. Menurut saya buku ini sudah cukup baik karena penyampaian dalam buku ini banyak menggunakan symbol gambar (dengan symbol pembaca akan lebih mudah memahami informasi yang disampaikan dalam buku), akan tetapi buku ini akan jauh lebih baik jika dalam buku ini terdapat contoh-contoh dalam berbicara seperti contoh pidato, pemberian sambutan dan lain sebagainya. Ini jelas akan mempermudah bagi membaca untuk menyerap informasi tersebut.
1.2    Manfaat dan Kritik
Manfaat yang kita dapatkan jika kita membaca kedua buku ini adalah kita dapat memahami apa itu berbicara, bagimana kita dapat belajar berbicara dengan baik (kiat-kiat berbicara), kita mempelajari metode penyampaian berbicara dan pada akhirnya diharapkan dapat terampil berbicara khususnya terampil berbicara dimuka umum (misalnya berkomunikasi dengan sesama, mempermudah pemberian berbagai informasi, menyampaikan pidato, menyampaikan kata sambutan, khutbah dan lain sebagainya).
Kritik penulis terhadap kedua buku ini yaitu buku yang ditulis oleh DR. H. Zulkifli Musaba, M.Pd yang berjudul “Terampil Berbicara”. Menurut saya buku ini sudah cukup baik atau bagus untuk dijadikan referensi dalam pembelajaranan. Tetapi buku ini cara penulisannya kurang menarik atau cara penyajiannya kurang menarik. Misalnya kita dapat menambahkan dengan gambar-gambar atau sebagainya agar minat para pembaca lebih besar.
Buku yang ditulis oleh Prof. DR. Henri Guntur Tarigan, menurut saya dari pembahasan keseluruhan isi buku ada sebagian yang kurang sesuai dengan pokok pembicaraan yaitu mengenai berbicara. Bagian yang kurang sesuai itu terdapat dalam bab empat yaitu pada bagian anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, menutut saya pada bagian ini sebaiknya tidak  perlu dibahas, harusnya difokuskan pada keterampilan berbicara saja












1 komentar:

  1. materi ini sangat bermanfaat bagi saya. terima kasih atas penjabaran laporan bacaannya...

    BalasHapus